![]() |
Rudi Setiadi.SE.MM Dosen STIE Al Amar Subang -Jabar |
GaNEWS.id. 11/11/2024.Kritikan kerap kali dipandang sebagai hal yang menyakitkan, terutama di kalangan akademisi yang mengabdikan diri pada dunia intelektual. Namun, sejatinya kritikan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun kualitas akademik dan profesionalisme. Dalam dunia yang terus berkembang, kritikan dapat menjadi salah satu kunci untuk mencapai kemajuan.
1. Tujuan Kritikan: Membangun dan Menguatkan Tujuan utama dari kritikan adalah memberikan umpan balik konstruktif yang bertujuan untuk perbaikan. Kritikan yang disampaikan dengan niat baik tidak hanya menunjukkan kekurangan, tetapi juga menawarkan perspektif baru yang mungkin belum terpikirkan oleh akademisi. Bagi seorang akademisi, kritik bertujuan untuk:
A. Meningkatkan kualitas penelitian dan pengajaran. Kritik terhadap metode atau analisis penelitian, misalnya, dapat membantu akademisi menghasilkan karya yang lebih akurat dan relevan. Mengasah pemikiran kritis. Akademisi dituntut untuk berpikir kritis dan reflektif.
B. Kritik yang diterima memungkinkan mereka untuk mengevaluasi kembali argumen atau asumsi yang digunakan. Memacu inovasi. Kritik sering kali menjadi pemicu untuk menciptakan ide-ide baru yang lebih kreatif dan solutif.
2. Manfaat Kritikan: Peluang untuk Bertumbuh Kritikan yang diterima dengan sikap terbuka dapat memberikan berbagai manfaat bagi akademisi, di antaranya:
A. Memperbaiki kelemahan. Dengan mengetahui kekurangan, akademisi dapat memperbaiki diri, baik dalam aspek keilmuan, metode pengajaran, maupun kemampuan komunikasi.
B. Meningkatkan reputasi profesional. Akademisi yang mampu menerima dan merespons kritikan secara positif menunjukkan kematangan dan sikap profesional yang tinggi. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan dari rekan sejawat dan masyarakat. Membangun kolaborasi. Kritikan sering kali datang dari sesama akademisi atau pakar di bidang tertentu. Proses ini dapat membuka peluang kolaborasi dalam penelitian atau proyek akademik lainnya. Menciptakan lingkungan akademik yang sehat.
Sebuah komunitas akademik yang terbuka terhadap kritikan akan menciptakan budaya diskusi yang produktif dan dinamis.
3. Mengubah Paradigma terhadap Kritikan Sayangnya, banyak akademisi yang masih memandang kritikan sebagai ancaman, bukan kesempatan. Padahal, kritikan bukanlah penilaian akhir atas kemampuan seseorang, melainkan bagian dari proses pembelajaran sepanjang hayat. Untuk mengubah paradigma ini, akademisi perlu mengembangkan kemampuan self-awareness dan resilience. Mereka harus mampu memisahkan antara kritik terhadap karya dengan serangan terhadap pribadi.
Dengan demikian, kritikan dapat dilihat sebagai jembatan menuju perbaikan, bukan sebagai penghalang. Kesimpulan Kritikan adalah elemen penting dalam perjalanan akademisi. Dengan memahami tujuan dan manfaatnya, akademisi dapat lebih siap menerima masukan dari berbagai pihak. Pada akhirnya, kritikan yang diterima dan diolah dengan bijak akan membantu akademisi tidak hanya menjadi lebih baik dalam pekerjaannya, tetapi juga berkontribusi lebih besar bagi masyarakat.
Mari kita jadikan kritikan sebagai cahaya, bukan bayang-bayang yang menakutkan. Dunia akademik hanya akan berkembang jika kita berani terbuka terhadap kritik, menerima kelemahan, dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik.
Jurnalis : Samsudin Item